Kamis, 06 Februari 2014

Ku titipkan gundahkau pada sebait do'a Ibu

Seperti pada malam-malam yang kelam, tak ku temukan cahaya terang yang kau bisikkan sebelum perpisahan. Ah, aku masih menjadi begitu tak berarti setelah hari itu. Hari ketika kita sama-sama berlalu. Ketika tegar berbumbu kepalsuan, aku hanya punya Ibu yang tak pernah palsu. Kepadanya aku jatuh tersungkur, remuk oleh ego yang tak terungkapkan.

Tidak! aku tak mengadu pada Tuhan. Aku tak ingin Tuhan menertawakanku, tidak untuk kali ini. Aku tak ingin Tuhan malu menciptakan aku yang lemah.

Pada pekat paling dingin sebelum fajar, aku menitipkan gundahku pada sebait do'a Ibu. Bukan bentuk pengaduan pada Tuhan, tapi keyakinan akan cinta Ibu yang mampu menghapus lara semesta alam.

Jakarta, 07 Februari 2014

Tidak ada komentar:

Posting Komentar