Malam ini saya menonton acara TV yang dipandu ole Najwa Shihab, namanya acaranya Mata Najwa yang malam ini mengusung tema "Habibie hari ini". Melihat temanya sudah bisa ditebak, bintang tamunya malam ini memang bapak presiden RI yang ketiga, bapak Baharudin Jusuf Habibie.
Sosok yang menarik, idealis, rendah hati, jenius, dan sangat luar biasa menurut saya. Bisa dikatakan salah satu tokoh idola saya. perbincangan Najwa dengan Pak Habibie dan beberapa orang terdekat serta orang-orang yang pernah bersinggungan langsung dengan beliau benar-benar mengemas acara Mata Najwa terasa begitu spesial malam ini.
Cara bicara khas Pak Habibie sungguh saya menyukainya, dia benar-benar orang yang idealis. Melihat perjuangan beliau, saya jadi teringat akan diri saya sendiri ketika saya berjuang akan satu kata itu "Idealis". ketika saya berada di tangguk kepemimpinan, dan saya harus berhadapan dengan orang-orang yang berada dalam sistem, itu benar-benar saat yang sulit.
Sistem, kata yang selalu saya perdebatkan ketika berdiskusi dengan teman-teman saya. sistem adalah hal yang paling sulit dimasuki oleh mereka yang idealis, mereka yang cerdas. Saya belum menyadari benar sebelumsay menjadi pemimpin. Selama ini, saya aktif di organisasi kemahasiswaan, mengkritik pemimpin A, B, C dst. Saat saya menjadi pemimpin (organisasi intra kampus) saya baru menyadari segelintir dari perasaan hati seorang pemimpin, dilemanya menjadi seorang pemimpin. Bagaimana sulitnya mengambil keputusan, terutama disaat paling genting. Dan satu hal yang paling sulit, berhadapan dengan sistem. Karena, sebagian besar sistem menuntut kita untuk melupakan idealis diri yang telah kita bangun. Saat itu, saya bertekad untuk tetap menjalankan tugas saya, bergaul dengan orang-orang dalam lingkaran sistem tersebut, tanpa sedikitpun menyentuh idelisme saya. Idealisme bagi saya adalah harga diri, tujuan hidup yang terpatri dan tak bisa di otak atik.
Jakarta, 08 Februari 2014
Riryanti Korompot
Sabtu, 08 Februari 2014
Jumat, 07 Februari 2014
Telepon Pagi dan Ingatan Tentangmu
Terbangun di pagi hari dengan panggilan telepon seluler. Nomor tak dikenal terpampang di layar telepon genggam butut yang ku pakai beberapa tahun belakangan ini. sambil lalu ku angkat telepon itu.
"Hallo.."
"Ya, hallo..Riry yah?"
"Iya, ini siapa?"
"Saya ...."
Oh, ternyata dia orang yang baru ku kenal 2 hari yang lalu. berbasa-basi sedikit, rupanya dia orangnya sangat to the point.
"Pacar yang kemarin mana?" pertanyaan pemula yang aku selalu tahu arahnya kemana. dan benar saja, setelah ku jawab pertanyaanya itu
"Tok..tok..tok, Boleh saya masuk?" dan dengan se enteng ucapannya barusan, akupun menjawabnya dengan "Ruangan dibalik pintu yang barusan kau ketuk sedang ada perbaikan, saat ini lagi tidak karuan. Maaf, untuk saat ini aku belum bisa menerima tamu"
"Perbaikannya butuh berapa lama?"
"Entahlah, aku tak punya jawaban untuk itu"
"Seminggu? dua minggu? sebulan? dua bulan mungkin?"
"Biarkan waktu yang menjawabnya"
"Mungkin, jika saya membantu proses perbaikannya akan lebih cepat"
"Tidak, terima kasih. Aku tak ingin merepotkan orang lain. Aku bisa mengatasinya sendiri"
"Baiklah, saya akan menunggu. sekarang tanggal 8, tanggal 15 akan ku tanyakan lagi, kabar perbaikan ruangan di balik pintu yang barusan ku ketuk"
"Ya, baiklah. Jikalau kau merasa terlalu menunggu perbaikannya. silahkan pergilah dulu ke tempat lain. Dari pada kau bosan menunggu"
"Baiklah, saya sudahi dulu teleponnya. Minggu depan saya akan menghubungimu lagi"
"Ok"
Dan telepon pagi itupun dimatikan.
Aku terdiam cukup lama. Mencoba menyegarkan kembali ingatanku mengenai banyak hal yang telah berlalu. Setiap hubungan mempunya pola awal yang sama, pemerannya saja yang berubah. Satu-satu ingatanku seperti berebut ingin bermunculan dipermukaan. Setiap luka ternyata adalah pemaksa yang ulung. Ia memaksa untuk melepaskan, ia memaksa untuk melupakan, ia memaksa untuk melihat kembali diri kita dari sudut pandang kita sendiri. Tapi, satu hal yang tak bisa dipaksakan oleh luka yaitu kembalinya ingatan.
Ingatan, saat hati benar-benar terluka, kenapa ingatan tak mau berkompromi? Ia datang begitu saja, sesuka hatinya. Dan sampai saat ini, satu hal yang ku sadari, bukan ingatan buruk yang membuat kita menangis, tapi ingatan indah yang kita tahu takkan terulanglah yang dengan pasti memaksa bulir-bulir air mata berebut jatuh. Ingatan tetaplah ingatan. Sebelum ingatan berpisah dengan raga, maka ia akan tetap menjadi ingatan yang akan terus hidup di raga. Nikamatilah, selama ia masih ada di sana, walaupun kehadiarannya hanya berupa ingatan belaka. Karena mengingatmu, mengingat saat bahagia bersamamu, mengingat luka yang kau beri adalah caraku melanjutkan hidup saat ini.
Jakarta, 08 Februari 2014
"Hallo.."
"Ya, hallo..Riry yah?"
"Iya, ini siapa?"
"Saya ...."
Oh, ternyata dia orang yang baru ku kenal 2 hari yang lalu. berbasa-basi sedikit, rupanya dia orangnya sangat to the point.
"Pacar yang kemarin mana?" pertanyaan pemula yang aku selalu tahu arahnya kemana. dan benar saja, setelah ku jawab pertanyaanya itu
"Tok..tok..tok, Boleh saya masuk?" dan dengan se enteng ucapannya barusan, akupun menjawabnya dengan "Ruangan dibalik pintu yang barusan kau ketuk sedang ada perbaikan, saat ini lagi tidak karuan. Maaf, untuk saat ini aku belum bisa menerima tamu"
"Perbaikannya butuh berapa lama?"
"Entahlah, aku tak punya jawaban untuk itu"
"Seminggu? dua minggu? sebulan? dua bulan mungkin?"
"Biarkan waktu yang menjawabnya"
"Mungkin, jika saya membantu proses perbaikannya akan lebih cepat"
"Tidak, terima kasih. Aku tak ingin merepotkan orang lain. Aku bisa mengatasinya sendiri"
"Baiklah, saya akan menunggu. sekarang tanggal 8, tanggal 15 akan ku tanyakan lagi, kabar perbaikan ruangan di balik pintu yang barusan ku ketuk"
"Ya, baiklah. Jikalau kau merasa terlalu menunggu perbaikannya. silahkan pergilah dulu ke tempat lain. Dari pada kau bosan menunggu"
"Baiklah, saya sudahi dulu teleponnya. Minggu depan saya akan menghubungimu lagi"
"Ok"
Dan telepon pagi itupun dimatikan.
Aku terdiam cukup lama. Mencoba menyegarkan kembali ingatanku mengenai banyak hal yang telah berlalu. Setiap hubungan mempunya pola awal yang sama, pemerannya saja yang berubah. Satu-satu ingatanku seperti berebut ingin bermunculan dipermukaan. Setiap luka ternyata adalah pemaksa yang ulung. Ia memaksa untuk melepaskan, ia memaksa untuk melupakan, ia memaksa untuk melihat kembali diri kita dari sudut pandang kita sendiri. Tapi, satu hal yang tak bisa dipaksakan oleh luka yaitu kembalinya ingatan.
Ingatan, saat hati benar-benar terluka, kenapa ingatan tak mau berkompromi? Ia datang begitu saja, sesuka hatinya. Dan sampai saat ini, satu hal yang ku sadari, bukan ingatan buruk yang membuat kita menangis, tapi ingatan indah yang kita tahu takkan terulanglah yang dengan pasti memaksa bulir-bulir air mata berebut jatuh. Ingatan tetaplah ingatan. Sebelum ingatan berpisah dengan raga, maka ia akan tetap menjadi ingatan yang akan terus hidup di raga. Nikamatilah, selama ia masih ada di sana, walaupun kehadiarannya hanya berupa ingatan belaka. Karena mengingatmu, mengingat saat bahagia bersamamu, mengingat luka yang kau beri adalah caraku melanjutkan hidup saat ini.
Jakarta, 08 Februari 2014
Kamis, 06 Februari 2014
SUMBER KEKAYAAN ALAM DAN KETAHANAN NASIONAL (Dampak Pembangunan Pangkalan Militer AS Di Darwin Australia Terhadap Indonesia)
I.
Sumber
Kekayaan Alam
Dunia memilki sifat
saling ketergantungan satu dengan yang lain. Sumber kekayaan alam merupakan
penunjang hidup utama umat manusia di muka bumi. Tanpa sumber kekayaan alam,
tidak akan ada yang bisa dilakukan oleh manusia untuk menjaga kelangsungan
hidupnya. Pertumbuhan penduduk berpengaruh pada sumber pangan, energi, dll.
Untuk meningkatkan hasil pangan dibutuhkan air, tenaga hewan, pupuk,
biotekhnologi dll. Itu artinnya karena jumlah penduduk terus meningkat maka
kebutuhan-kebutuhan dasarnya berupa sandang, pangan dan papan pun akan semakin
meningkat, itu merupakan beban lagi bagi sumber alam.
Secara ilmiah dapat
dikatakan bahwa sumber alam adalah semua unsur-unsur tata lingkungan biofisik
yang dengan nyata atau potensial dapat membawa keuntungan materi kepada manusia
atau dengan kata lain sumber alam adalah semua bahan yang ditemukan manusia
dalam alam yang dapat dipakai untuk kepentingan dan keuntungan hidupnya. Kita
dapat membedakan dua kelompok sumber alam yang berbeda sifatnya yaitu: (a)
hasil-hasil sumber alam seperti batubara, minyak bumi, air, ikan, hasil-hasil
pertanian dsb, (b) tata lingkungan fisik seperti air terjun, pegunungan, tanah yang
subur, pantai berpasir dll (J.A Katili, 1972).
Sumber daya alam adalah
unsur-unsur lingkungan alami, baik yang bersifat fisik maupun yang bersifat
hayati, yang diperlukan manusia untuk memenuhi kebutuhan hidupnya dan
meningkatkan kesejahteraannya (Nurkatika, 2001)
Sumber daya alam
merupakan semua kekayaan alam yang bermanfaat untuk menunjang hidup manusia,
baik itu sumber kekayaan alam yang dapat diperbaharui maupun yang tidak dapat
diperbaharui. Adapun sumber kekayaan alam yang bisa diperbaharui yaitu berupa
tumbuh-tumbuhan, hewan, air, udara dan mikroba. Sedangkan yang tidak dapat
diperbaharui yaitu berupa energy, minyak bumi, bahan tambang, mineral, batubara
dll.
Salah satu dari sifat
sumber alam yang khusus ialah penyebarannya yang tidak teratur dan tidak merata
dibumi ini, sehingga dalam soal sumber alam kita mengenal pula negara kaya dan
negara miskin atau “The Haves” dan :The Haves Not”. Salah satu sifatnya yang
unik seperti halnya pada mineral adalah tidak dapat diperbaharui. Sifat khas
lain dari sumber alam ialah sifat ketergantungannya pada sumber alam yang lain.
Apapun sumber alam yang kita kembangkan maka efeknya akan terasa pada sumber
alam lain. Pengembangan sumber-sumber minyak bumi dilepas pantai akan
mempengaruhi ikan disekitarnya. Erosi dari tanah yang disebabkan dari
penebangan kayu yang tak teratur atau penggalian batubara tanpa rencana dapat
memperendah produksi potensial dari energy hidro-elektrik dalam suatu cekungan
sungai. Akibat yang lain adalah perusakan cagar alam, serta perubahan-perubahan
dalam sirkulasi udara dan suhu. [1]
Keadaan-keadaan ini
dimasa silam telah menyebabkan ketegangan-ketegangan, permusuhan dan peperangan
di bumi. Negara-negara yang kekurangan akan sumber alam (mineral) seperti
Jerman, Italia, dan Jepang merupakan aggressor dalam perang dunia pertama dan
kedua, kelima negara penting yang terlibat sengketa perang merupakan pula
kelima negara-negara produsen batubara yang besar empat dari kelima negara yang
terlibat dalam erang dunia kedua juga merupakan negara-negara produsen
bijihbesi yang terbesar didunia. Bahwasannya kemenangan ada dipihak yang
memilki batubara dan besi (dua unsur utama dalam pembuatan baja) dalam jumlah
yang lebih bnyak telah dapat diduga sejak awal. [2]
Menurut UUPA hak atas
tanah juga tidak meliputi pemilikan kekayaan alam yang terkandung dalam tubuh
bumi dibawahnya. Dinyatakan dalam pasal 8, bahwa pengambilan kekayaan alam yang
terkandung dalm bumi, air, dan ruang angkasa perlu diatur. Dalam penjelasan pasal
8 disebutkan: karena….. hak-hak atas
tanah itu hanya memberi hak atas permukaan bumi, maka wewenang-wewenang yang
bersumber daripadanya tidaklah mengenai kekayaan-kekayaan alam yang terkandung
dalam tubuh bumi, air dan ruang angkasa. Oleh karena itu maka pengambilan
kekayaan yang dimaksudkan itu memerlukan pengaturan tersendiri. Ketentuan ini
merupakan pangkal bagi perundang-undangan pertambangan dan lain-lainnya. (Boedi
Harsono, 1999: 19)
Maka pengambilan
kekayaan alam yang berupa bahan-bahan galian telah disinggung diatas,
memerlukan adanya hak tersendiri yaitu kuasa pertambangan yang diatur dalam UU
pokok pertambangan. Pengambilan tanah yang berupa tubuh bumi dan air untuk
keperluan yang langsung berhubungan dengan penggunaan tanah yang dihaki
diperbolehkan. Tetapi kalau tanah dan air itu diambil atau diolah untuk dijual,
diperlukan hak atau izin khusus menurut UU pertambangan dan UU pengairan (
UU11/1967 dan UU 11/1974). [3]
Menurut Situ dan Emmons
(2000: 7-9) krisis lingkungan berdampak pada 3 aspek yaitu:
a)
Human
Impact, the environmental crisis causes substantially more
illness, injury and death than street
crime does. Artinya, krisis lingkungan sebenarnya merupakan penyebab utama
timbulnya penyakit, kecelakaan/ cedera sdan kematian daripada kejahatan
dijalanan.
b)
Economic
Impact, although comprehensive data on the cost of
pollution and the price of cleaning up the environment are not available,
selective figure reveal the enormous financial burden on society. Artinya, meskipun
data yang komprehensif tentang biaya polusi dan biaya pembersihan lingkungan
tidak pernah ada, akan tetapi angka menunjukkan beban biaya yang cukup besar
yang harus ditanggung oleh masyarakat, dikarenakan krisis lingkungan.
c)
Social
and Psychological Impact, the victims of natural disasters
experience stress because their way of life is disrupted, and what they lost
cannot easily be restored. Artinya, setiap korban bencana alam yang terjadi
karena krisis lingkungan, mengalami stress dikarenakan kebiasaan hidup
sehari-hari mereka yang terganggu, dan apa yang telah hilang karena bencana
tidak dapat dikembalikan lagi.
II.
Ketahanan
Nasional
Dewasa ini, kondisi
dunia mengalami perubahan dan kemajuan yang sangat pesat. Banyak pihak berpikir
bahwa pasca perang dunia kedua masyarakat dunia akan menyambut masa-masa
pencerahan, namun kenyataannya tidak demikian. Pasca perang dunia kedua, kita
tidak dihadapkan pada masa penjajahan secara geografis lagi, tapi penjajahan
yang lebih mengerikan, kita dijajah secara terang-terangan tanpa sempat menolak
atau melakukan perlawanan. Kita dijajah dari segi ekonomi, social, budaya,
politik dll. Penjajah itu berkedok “Globalisasi”.
Kenichi Ohmae (1991)
dalam bukunya “The Borderless World”
memberi gambaran tentang masa depan yang tidak dibatasi oleh batas-batas
wilayah atau negara lagi. Orang-orang dari belahan bumi berbeda bisa saling
terhubung satu dengan yang lainnya tanpa perlau saling bertatap muka. Bisa
menjalankan bisnisnya, berjual beli, berkomunikasi dan lain sebagainya. Dan itu
mulai tampak sekarang ini, bahwasannya dunia saat ini sudah tidak memandang
batas teritori antar negara lagi, kemajuan tekhnologi sungguh luar biasa,
keruntuhan negara bangsa sudah didepan mata. Kita bisa membuat batas-batas
suatu negara, tapi kita tidak bisa membatasi sosial budaya di daerah-daerah
perbatasan bahkan aktivitas ekonomi disana berlangsung terus menerus tanpa bisa
dibendung lagi.
Konsep mengenai
ketahanan nasional mulai didengungkan sejak era pasca kemerdekaan, sebagai
suatu bentuk dari pertahanan diri suatu bangsa terhadap berbagai ancaman yang
timbul guna menjaga keberlangsungan suatu negara bangsa. Saat itu, Indonesia
layaknya negara yang baru saja merdeka, yang keadaannya masih sangat rentan
terhadap ancaman baik itu dari dalam negeri maupun dari luar negeri.
Menurut Sunardi (2004:
6), ketahanan nasional adalah kondisi dinamis suatu bangsa berisi keuletan dan
ketangguhan, yang mengandung kemampuan mengembangkan kekuatan nasional, didalam
mengahadapi dan mengatasi segala ancaman, tantangan, hambatan, dan gangguan
baik yang datangnya dari luar maupun dari dalam yang langsung maupun tidak
langsung membahayakan integritas, identitas, kelangsungan hidup bangsa dan
negara serta perjuangan mengekar tujuan perjuangan nasional.
Konsepsi ketahanan
nasional dicantumkan dalam GBHN sejak dituangkan dalam Tap No. IV/MPR/1978
menandaskan bahwa: Pembangunan Nasional dilaksanakan dalam bentuk Pembangunan Manusia Indonesia seutuhnya dan
Pembangunan seluruh Masyarakat Indonesia. Disisi lain, GBHN juga menandaskan
bahwa ketahanan nasional didefinisikan sebagai kemampuan dan ketangguhan suatu
bangsa untuk dapat menjamin kelangsungan hidupnya menuju kejayaan bangsa dan
negara. Jadi, ketahanan nasional adalah kemampuan dan ketangguhan bangsa dalam
mempertahankan keberadaan (eksistensi), dalam melangsungkan hidupnya sesuai
cita-cita dan citranya sendiri. [4]
Latar belakang perlu
adanya ketahanan nasional ialah antara lain: pertama, untuk mengisi,
mempertahankan dan mewujudkan tujuan negara dan bangsa itu; kedua, agar supaya
ada kemampuan untuk mengahadapi dan mengatasi/ memecahkan berbagai masalah atau
pengaruh yang mengancam negara itu baik berupa tantangan, ancaman, hambatan
maupun gangguan; ketiga, untuk menjamin kelangsungan dan kesinambungan
pembangunan demi tercapainya tujuan nasional. [5]
Ketahanan nasional
merupakan sebuah system yang dibentuk oleh suatu negara untuk memperkokoh
negaranya dari dalam, untuk menjaga stabilitas bangsanya sendiri, agar kemudian
mampu untuk menyelesaikan masalah, menemukan solusi dan memperbaiki diri
sendiri saat mengalami ancaman atau serangan baik dari dalam maupun dari luar negeri,
guna keberlangsungan dan kemajuan bangsa dimasa yang akan datang.
Perkembangan situasi
sosial ekonomi belakangan ini yang ditandai oleh berbagai krisis seperti krisis
minyak dan sebagainya, merupakan fenomena yang tidak menguntungkan. Ada
kecenderungan disatu pihak negara-negara maju makin menunjukkan sikap yang
makin ketat dan dipihak lain negara-negara berkembang merasa makin cemas
terhadap hasil-hasil dialog mereka dengan negara-negara maju yang hasilnya
sangat marjinal. Dalam hubungan ini, apabila tidak ditemukan suatu formula
diplomasi yang tepat, dikhawatirkan bahwa keadaan dan perkembangan hubungan
internasional akan dapat bergerak dari suasana dialog yang bersifat harmonis
kearah suasana konflik dan konfrontatif. [6]
III.
Indonesia
- Amerika Serikat – Australia
A. Hubungan Indonesia dan Amerika
Serikat
Sejak
awal abad ke 19 hubungan Indonesia dan Amerika Serikat mulai terjalin. Awalnya
dimulai dengan perdagangan, Amerika melihat potensi untuk berdagang dengan
Indonesia, terutama membeli rempah-rempah dan hasil bumi lainnya. Demikian pula
sebaliknya Amerika menanam modal di Indonesia dalam berbagai sektor, utamanya sektor
pertambangan, spertit Freeport Sulphur dan beberapa perusahaan lainnya.
Dari
perspektif negara besar seperti Amerika Serikat, kepentingan-kepentingannya di
negara kecil seperti Indonesia ditinjau sebagai bagian dalam kaitan dengan
keseluruhan. Hubungan Amerika-Indonesia adalah ibarat satu subsistem dalam
system politik sejagad AS. Dengan kata lain hubungan Indonesia dengan Amerika
memainkan satu fungsi didalam kepentingan-kepentingan globalnya yang lebih luas.
Pertimbangan strategis yang menentukan kebijakan Amerika terhadap Indonesia
memiliki dimensi-dimensi politik, ekonomi dan militer. [7]
Freeport
mulai melakukan eksplorasi di Indonesia pada awal tahun 1960, tepatnya pada
saat penandatanganan kerjasama dengan East Borneo Company untuk mengeksplorasi
gunung Esberg di Irian Barat pada tanggal 1 Februari 1960, tepat setahun diusirnya
perusahaan ini dari Kuba oleh Fidel Castro selaku presiden Kuba pada masa itu. Dari
hasil survei yang dilakukan pihak Freeport, gunung Esberg mengandung bijih
emas, bijih tembaga dan perak, bahkan yang terbaru ditemukan gunung tersebut
mengandung uranium yang melimpah ruah. Tapi, Freeport mengalami kendala karena
situasi politik Indonesia pasca kemerdekaan saat itu. Kontrak tidak serta merta
ditandatangani oleh pemerintah Indonesia pada saat itu.
Akhirnya pada tahun 1967, saat
Undang-Undang Penanaman Modal Asing di Indonesia disahkan, kontrak Freeport
adalah yang pertama yang akan ditandatangani. Dengan Kennedy, Soekarno,
dan setiap dukungan yang layak untuk nasionalisme Indonesia yang keluar dari
jalanan, Freeport mulai beroperasi. Pada tahun 1969, pemungutan suara
diamanatkan kepada Kennedy oleh perjanjian yang ditengahi PBB pada pertanyaan
apakah kemerdekaan Irian Barat telah jatuh tempo. Di bawah intimidasi
berat dan kehadiran viseral militer, Irian “memilih” untuk tetap menjadi bagian
dari Indonesia. Freeport menjadi jelas posisinya.[8]
Freeport terus berkembang dan menampakkan hasil yang memuaskan. Hingga saat ini
bisa dilihat gunung Esberg benar-benar telah di eksplorasi besar-besaran dan
telah di ekploitasi besar-besaran pula oleh Freeport.
B. Pembangunan Pangkalan Militer
Amerika Serikat di Darwin-Australia
Tepat
tanggal 17 November 2011 lalu saat kunjungannya ke Australia, secara resmi
Presiden Amerika Barack Obama mengumumkan rencana pembangunan pangkalan militer
AS di Darwin, Australia. Perdana mentri Australia Gilliard dan Presiden Barack
Obama memastikan bahwa di tahun 2012 nanti kekuatan marinir AS yang awalnya
berjumlah 250 akan ditambah menjadi 2.500 personel. Menurut Obama, keberadaan
pangakaln militer tersebut bukan diperuntukkan sebagi ancaman, akan tetapi
lebih kepada sikap cepat tanggap akan adanya bencana, mengingat terjadinya
tsunami, bom bali dan Timor Timur beberapa tahun belakangan ini. Selain itu,
menurut Gilliard dan Barack Obama, Amerika Serikat membutuhkan pangkalan untuk
penempatan kurang lebih 1.500 personel militer AS dari Afganistan, AS memilih
Darwin karena lokasinya yang dinilai baik untuk latihan militer.
Pembangunan
pangkalan militer di Darwin, sesungguhnya bukan tindakan yang tidak
direncanakan oleh AS. Sejak tahun 1970-an, Darwin Australia merupakan basis
intelejen Amerika Serikat untuk wilayah Asia Pasifik. Hal ini dikarenakan RRC
secara ekonomi dan militer menguat, dan pasukan Amerika makin tidak popular di
Jepang dan Korea Selatan. Dengan maraknya kasus pemerkosaan oleh tentara AS di
Jepang dan Korsel, serta konflik horizontal yang sering terjadi, maka
dipastikan untuk jangka panjang AS terpaksa merelokasi pasukannya dari Jepang
dan Korea Selatan. [9]
Dari
sudut pandang pertahanan dan keamanan, pembangunan pangkalan di Darwin akan
merubah peta kekuatan di Asia Pasifik, dan tentunya juga di Asian Tenggara,
pasukan Amerika Serikat akan mampu sampai ke seluruh kawasan hanya dalam waktu
beberapa menit hingga dua jam. Secara khusus, aksi AS ini sempat menuai
sindirian dari perdana mentri China Wen Jiabao. Dalam pidatonya dalam pembukaan
ASEAN-China Summit, Wen menyatakan bahwa China dan negara-negara ASEAN sudah
sepakat melaksanakan Deklarasi Tindak Laku Para Pihak di Laut China Selatan,
sehingganya tidak perlu ada kekuatan luar yang mengintervensi di kawasan ini. [10]
Menurut
teori Thomas F. Homer-Dixon (Environmental
Scarcities and Violent Conflict, 1994), sebagian konflik yang terjadi di
dunia dikarenakan oleh kelangkaan sumber daya alam yang dapat diperbaharui.[11]
Teori lain, yang dinyatakan oleh Phillipe Le Billon (The Political Ecology of War, 2001) bahwasannya yang paling
memotivasi terjadinya konflik di dunia ini adalah sumber daya alam yang tidak
dapat diperbaharui seperti minyak bumi, gas dan mineral, bahkan sumber daya
alam yang tidak dapat diperbaharui ini mampu mendorong pembentukan strategi
untuk menguasinya secara menyeluruh yang dilakukan oleh para pelaku bisnis
internasional. [12]
Benarkah
ini hanya semata misi kemanusiaan Amerika Serikat? Benarkah ini hanya upaya
Amerika Serikat untuk berjaga-jaga dari ancaman China mengenai perselisihan di
Laut China Selatan yang memiliki potensi minyak dan gas? Jika benar demikian,
kenapa Amerika tidak membangun pangkalan militer yang lebih terjangkau, di
Hongkong atatu Taiwan, kenapa harus di Darwin yang notabene sangat dekat dengan
Indonesia.
Ini
adalah bentuk ancaman bagi Indonesia, agar supaya Freeport tidak diusir dari
Indonesia dan kontrak Freeport di Indonesia terus diperpanjang. Bahkan yang
lebih mengkhawatirkan banyak pihak adalah ini salah satu bentuk Amerika Serikat
untuk memecah Negara Kesatuan Republik Indonesia, dengan membantu segelintir
orang yang sering menyerukan kemerdekaan di Papua. Jika Papua lepas dari NKRI,
Amerika Serikat akan sangat leluasa mengeruk kekayaan di Papua.
Selain itu, Amerika Serikat
menggunakan isu perselisihan Malaysia dan Indonesia untuk mengambil keuntungan
bagi negaranya sendiri. Artinya, ada sentiment merusak hubungan
Indonesia-Malaysia dalam soal TKI, ada design membelokkan arah TKI Indonesia ke
Australia. Bagi Amerika Serikat, sangat menguntungkan ketika membangun
pangkalan militer menggunakan tenaga kerja Indonesia, selain upahnya yang
murah, tenga kerja Indonesia juga sangat banyak jumlahnya, biaya murah
membangun pangkalan militer menggunakan pekerja dari Indonesia. Amerika Serikat
berencana menggunakan pekerja dari Indonesia untuk membangun pangakalan militer
Amerika Serikat di Darwin Australia, yang kemudian nantinya pangkalan militer
itu digunakan untuk mengancam kedaulatan bangsa Indonesia. Dan bagi Australia,
tenaga kerja Indonesia diarahkan untuk konflik dengan pribumi Aborigin baik
melalui Afrika atau negara-negara Balkan, ini teknik klasik. Imigran Eropa
ingin cuci tangan dalam hal ini. Mereka yakin ini bisa berhasil, Karena
sentimen bercorak rasis masih sangat kental di Australia.
Pembangunan pangkalan militer
Amerika Serikat di Darwin Australia merupakan ancaman besar bagi negara kawasan
Asia Pasifik, utamanya Indonesia yang berjarak cukup dekat dari Darwin
Australia. Amerika Serikat sudah tercatat sering melanggar kedaulatan suatu
negara, sebut saja beberapa negara dikawasan Timur tengah. Hal ini, tidak
menutup kemungkinan juga akan dilakukan oleh AS terhadap Indonesia, demi
mengamankan Freeport yang akhir-akhir ini terus diterpa masalah, mogoknya
pekerja Freeport, bahkan sudah mulai banyak tindakan anarkis dan berujung
korban bagi warga negara AS yang ada di Papua. Selain itu, yang sangat dikhawatirkan yaitu adanya misi AS
untuk membantu Papua melepaskan diri dari NKRI.
Presiden RI, Susilo Bambang
Yudhoyono menyatakan bahwa mendukung pembangunan pangkalan militer AS di Darwin
Australia. Sikap Presiden RI ini diambil setelah mendengar pernyataan PM
Australia, bahwasannya pembangunan pangakalan militer AS tersebut merupakan
misi kemanusiaan, tanggap cepat bencana disekitar Asia timur termasuk
Australia. Pernyataan Presiden RI juga dipertegas oleh Panglima TNI Laksamana
Agus Suhartono, yang menyatakan bahwa penempatan pangkalan Amerika Serikat di
Darwin Australia bukan ancaman. Itu juga tidak berkaitan langsung dengan
situasi poltik di Papua dan Indonesia secara keseluruhan. Lebih lanjut, menurut
Suhartono Presidan Amerika Serikat dan Perdana Menteri Australia menyebut
penempatan pasukan itu untuk membantu penanggulangan bencana di Asia. [13]
Sikap Presiden RI ini dinilai
terlalu naïf, Presiden RI harusnya lebih memperhatikan kepentingan Indonesia.
Ada banyak hal yang perlu dipertimbangkan diantaranya, jarak Indobesia yang
paling dekat dengan pangkalan militer yang dibangun memungkinkan personel
militer AS melanggar kedaulatan RI, baik dari jalur laut maupun udara. Selain
itu, laut yang memisahkan Australia dengan Indonesia merupakan laut Arafuru
yang belum lama ini ditemukan blok minyak (blok masela) dalam jumlah yang
sangat besar, dan sedang dibangun untuk mega proyek abadi. Sejauh ini, kita
bisa melihat Amerika Serikat mempunyai kepentingan yang cukup besar terhadap
Indonesia, ada banyak perusahaan-perusahaan AS yang ada di Indonesia yang harus
mereka awasi karena sangat menunjang perekonomian AS. Melihat hal-hal diatas,
maka bukan hanya Indonesia yang patut khawatir akan hadirnya pangkalan militer
AS tersebut, dampaknya bahkan bisa mengancam stabilitas ASEAN.
IV.
Penutup
Melihat
paparan diatas, dapat dipastikan bahwa pembangunan pangakalan militer AS di
Darwin Australia tidak membawa manfaat bagi Indonesia dan negara-negara Asia
disekitarnya. Bahkan bisa mengancam kedaulatan, kerusakan serta eksploitasi
lingkungan dan sumber kekayaan alam.
Untuk
mengantisipasi hal tersebut, Indonesia seharusnya bekerjasama dengan
negara-negara ASEAN lainnya, untuk menolak pembangunan pangakalan militer AS di
Darwin Australia, dengan alasan keamanan, menjaga kedulatan, serta melindungi
sumber kekayaan alam Indonesia. Karena, sejak awal AS sudah berbuat semena-mena
dengan tidak mengajak Indonesia sebagai negara terdekat dengan Darwin Austalia
untuk mendiskusikan rencana pembangunan pangakaln militer tersebut, sedangkan
kita ketahui bersama bahwa limbah pembangunan pangkalan militer tersebut dapat
dipastikan masuk perairan Indonesia, maka Indonesia adalah negara yang paling banyak
mendapat dampak buruknya.
Kita
sebagai suatu negara yang berdaulat, harus bertindak tegas untuk melindungi
hak, kekayaan alam serta kesatuan dan persatuan Negara Republik Indonesia.
[4] Soemarno
Soedarsono, Ketahanan Pribadi dan Ketahanan
Keluarga sebagai Tumpuan Ketahanan Nasional (Jakarta: PT Intermasa, 1997)
hal. 23.
[5] Kerjasama Badan
Penelitian dan Pengembangan Politik Luar Negeri dengan Universitas Hasanudin
Ujung Pandang, Aspek Ketahanan Nasional
dalam Peningkatan Hubungan Indonesi – Pasifik (Jakarta: DEPLU, 1993).
[6] Badan
Penelitian dan Pengembangan, Kerjasama
ASEAN Sebagai Usaha Meningkatkan Ketahanan Nasional dan Regional (Jakarta:
Departemen Luar Negeri, 1988).
[8]
Lisa Pease, JFK, Indonesia, CIA dan
Freeport Sulphur (Washingtong DC, 1996) (http://serbasejarah.wordpress.com/2012/11/23/jfk-indonesia-cia-freeport-sulphur/
21 Okt 2013)
[9]
David Raja Marpaung, Ancaman Pangkalan
Militer USA di Darwin, Australia (2011) (http://indonesiadefenseanalysis.blogspot.com/2011/11/ancaman-pangkalan-militer-usa-di-darwin.html
20 Okt 2013)
[10]
Loc. cit.,
[11]
Lihat Thomas F. Homer-Dixon, Environmental
Scarcities and Violent Conflict: Evidence From Cases, (Summer, 1994)
[13]
http://www.tempo.co/read/news/2011/11/22/078367961/TNI-Pangkalan-Militer-AS-di-Darwin-Bukan-Ancaman
(19
Okt 2013)
DAFTAR
PUSTAKA
Katili, J.A, Sumber alam untuk masa depan Indonesia (Jakarta: FIPIA – UI, 1972).
Adisoemarto,
Soenartono, Sumber Daya Alam Sebgai Modal
dalam Pembangunan Berkelanjutan (Jakarta: LIPI, 1998).
Situ,
Yingyi dan Emmons, David, Environmental
Crime: The Criminal Justice System’s Role in Protecting the Environment
(California: Sage Publications, Inc, 2000).
Harsono,
Boedi, Hukum Agraria Indonesia
(Jakarta: Djambatan, 1999).
Thomas F. Homer-Dixon, Environmental Scarcities and Violent Conflict: Evidence From Cases (Summer,
1994).
Phillipe Le Billon, The Political Ecology of War (Oxford, 2001).
Badan Penelitian dan Pengembangan, Kerjasama ASEAN Sebagai Usaha Meningkatkan
Ketahanan Nasional dan Regional (Jakarta: Departemen Luar Negeri, 1988).
Nurkartika, dkk, Intisari
Biologi SMU (Jakarta: PT AKSARINDO PRIMACIPTA, 2001) Hal. 183 (http://pengertianpengertian.blogspot.com/2013/03/pengertian-sumber-daya-alam.html
(20
Okt 2013)).
Sunardi,
R.M, Pembinaan Ketahanan Bangsa: Dalam
Rangka Memperkokoh Keutuhan Negara Kesatuan Republik Indonesia (Jakarta: PT
Kuartenita Adidarma, 2004).
Ohmae,
Kenichi, The Borderless World:Power and
Straregy in the Interlinked Economy (New York: McKinsey & Company,
1991).
Said, Tribuana, Indonesia
dalam Politik Global Amerika (Medan: P.T Waspada, 1984).
Kerjasama Badan Penelitian dan Pengembangan Politik
Luar Negeri dengan Universitas Hasanudin Ujung Pandang, Aspek Ketahanan Nasional dalam Peningkatan Hubungan Indonesia – Pasifik
(Jakarta: DEPLU, 1993).
Pease,
Lisa, JFK, Indonesia, CIA dan Freeport
Sulphur (Washingtong DC, 1996) (http://serbasejarah.wordpress.com/2012/11/23/jfk-indonesia-cia-freeport-sulphur/
21 Okt 2013).
David
Raja Marpaung, Ancaman Pangkalan Militer
USA di Darwin, Australia (2011) (http://indonesiadefenseanalysis.blogspot.com/2011/11/ancaman-pangkalan-militer-usa-di-darwin.html
20 Okt 2013).
Ku titipkan gundahkau pada sebait do'a Ibu
Seperti pada malam-malam yang kelam, tak ku temukan cahaya terang yang kau bisikkan sebelum perpisahan. Ah, aku masih menjadi begitu tak berarti setelah hari itu. Hari ketika kita sama-sama berlalu. Ketika tegar berbumbu kepalsuan, aku hanya punya Ibu yang tak pernah palsu. Kepadanya aku jatuh tersungkur, remuk oleh ego yang tak terungkapkan.
Tidak! aku tak mengadu pada Tuhan. Aku tak ingin Tuhan menertawakanku, tidak untuk kali ini. Aku tak ingin Tuhan malu menciptakan aku yang lemah.
Pada pekat paling dingin sebelum fajar, aku menitipkan gundahku pada sebait do'a Ibu. Bukan bentuk pengaduan pada Tuhan, tapi keyakinan akan cinta Ibu yang mampu menghapus lara semesta alam.
Jakarta, 07 Februari 2014
Tidak! aku tak mengadu pada Tuhan. Aku tak ingin Tuhan menertawakanku, tidak untuk kali ini. Aku tak ingin Tuhan malu menciptakan aku yang lemah.
Pada pekat paling dingin sebelum fajar, aku menitipkan gundahku pada sebait do'a Ibu. Bukan bentuk pengaduan pada Tuhan, tapi keyakinan akan cinta Ibu yang mampu menghapus lara semesta alam.
Jakarta, 07 Februari 2014
Teori Ekonomi Pembangunan (Masalah Ekonomi Negara Sedang Berkembang)
I.
Pendahuluan
Pada hakekatnya
ekonomi pembangunan merupakan bagian dari serangkaian usaha yang dilakukan guna
meningkatkan taraf hidup masyarakat. Ekonomi pembangunan mulai sering terdengar
bersamaan dengan mulai bergaungnya negara sedang berkembang pasca era perang
dunia ke II. Ya, ekonomi pembangunan adalah model pembangunan ekonomi yang
diterapkan di negara sedang berkembang, karena melihat kompleksitas masalah
ekonomi yang terjadi di negara sedang berkembang.
Akan tetapi kemudian
timbul pertanyaan, apakah yang dimaksud dengan negara berkembang? Ciri-ciri
apakah yang dapat dijadikan acuan mengenai apakah suatu negara dikatakan negara berkembang ataukah negara maju?
disinilah banyak pihak memberikan kriteria mengenai negara berkembang dan
negara maju, salah satu yang membedakan keduanya yaitu pada perbedaan taraf
hidup (kaya dan miskin) masyarakat dimasing-masing negara tersebut.
II.
Negara
Sedang Berkembang
Negara sedang
berkembang mulai marak dibicarakan era pasca perang dunia ke II. Negara-negara
yang baru mengecap kemerdekaan berkeinginan tinggi untuk segara mengejar
ketertinggalan mereka dibidang ekonomi. Sedangkan negara-negara yang baru
terbebas dari penjajahan tersebut merupakan negara-negara miskin dan memiliki
banyak masalah yang sifatnya sangat kompleks. Oleh karenanya negara-negara baru
ini disebut sebagai negara berkembang, karena dorongan dari negara-negara
tersebut untuk maju dan mengembangkan negaranya serta mengatasi masalah-masalah
yang dihadapi negaranya pasca penjajahan.
Menurut M.L Jhingan ciri/
kriteria negara sedang berkembang yang secara tidak langsung juga merupakan
masalah ekonomi pembangunan di negara berkembang yaitu[1]:
1. Kemiskinan umum,
Kemiskinan itu tercermin dari rendahnya pendapatan perkapita penduduknya, yaitu
dibawah 2 USD perhari atau 1 USD perhari per orang (miskin absolute)
sebagaimana kriteria yang dipakai World Bank.
2. Mata pencaharian utama dalam bentuk
pertanian, dua pertiga penduduk dinegara berkembang
tinggal dipedesaan dan bermata pencaharian sebagai petani. Terlebih lagi
pengelolaannya masih dilakukan dengan cara tradisional dan menggunakan
tekhnologi rendah.
3. Ekonomi dualistis, Dimana
di satu pihak perekonomian terpusat dikota dengan struktur yang modern dan maju
serta berorientasi pada industry dan perdagangan, di pihak lain di pedesaan
dengan segala keterbelakangannya dan berorientasi pada pertanian.
4. Sumber alam kurang terkelola, sebagian
besar negara berkembang adalah negara-negara denga sumber alam yang melimpah
seperti Indonesia dan India, namun sayangnya sumber alam tersebut tidak
terkelola dengan baik.
5. Tingginya tingkat pengangguran, jumlah
pengangguran yang tinggi juga termasuk didalamnya pengangguran tersembunyi yang
jumlahnya sangat besar di negara berkembang.
6. Ekonomi yang terbelakang, keterbelakangan
ekonomi di negara berkembang ditandai dengan rendahnya efisiensi dan
produktivitas tenaga kerjanya. Rendahnya produktivitas tersebut tidak terlepas
dari tingkat pendidikan yang rendah serta gizi dan kesehatan yang buruk.
7. Ketiadaan inisiatif dan usaha, Kekuatan
adat istiadat, kekakuan status, dan kecurigaan pada gagasan baru serta
kecurigaan terhadap keinginan intelektual telah menciptakan iklim yang tidak menunjang
eksperimen dan inovasi
8. Kelangkaan
alat modal, Tidak hanya persediaan modal yang rendah namun akumulasi modal
juga sangat rendah. Investasi bruto hanya berkisar 5-6 persen dari total
pendapatan nasional bruto. Berbeda dengan negara maju yang berada pada kisaran
15-20 persen.
9. Keterbelakangan teknologi, hal
ini tercermin dalam beberapa hal. Pertama,
biaya produksi rata-rata tinggi meski upah buruh rendah. Kedua, tingginya rasio buruh. Ketiga, besarnya jumlah tenaga kerja
tidak terdidik serta jumlah barang modal yang diperlukan untuk menghasilkan
suatu output nasional.
Kritik
terhadap ciri/ kriteria negara sedang berkembang menurut M.L Jhingan
Sembilan
kriteria negara sedang berkembang menurut M.L Jhingan seperti yang dipaparkan
di atas tampak sudah mencerminkan masalah perekonomian di negara yang sedang
berkembang secara keseluruhan. Akan tetapi ada beberapa asumsinya yang tampak
tidak sesuai dengan realitas perekonomian di negara sedang berkembang saat ini.
Pertama,
di negara berkembang masih sangat banyak penduduk yang berpendapatan sangat
rendah (1 USD perhari per orang). Akan tetapi, pendapatan 1 USD perhari memang tidak bisa memenuhi kebutuhan dasar penduduk
jika hidup di kota besar, jika hidup di desa maka 1 USD perhari per orang itu
sudah mampu memenuhi kebutuhan dasarnya sebagai manusia. Kedua, yang menjadi masalah pertanian dewasa ini, lebih ke
perubahan iklim global yang semakin tidak menentu serta masih lebih banyaknya
buruh pertanian daripada jumlah pemilik lahan. Ketiga, sumber alam yang lebih banyak dikelola oleh perusahaan
asing daripada perusahaan lokal. Keempat,
tingginya tingkat pengangguran dan ketiadaan inisiatif usaha merupakan dua
hal yang saling terkait, ketika seseorang memiliki inisiatif usaha, sebenarnya
di negara berkembang yang salah satu cirinya memiliki sumber alam yang
melimpah, ada sangat banyak peluang usaha yang bisa dibangun sehingga akan
sangat mengurangi jumlah pengangguran. Kelima
adanya kepuasan pada tingkat pendidikan yang masih rendah (SMA sederajat)
serta pendidikan yang tidak terfokus pada satu bidang tertentu setiap
individunya.
III.
Teori Ekonomi Pembangunan
Berbicara mengenai teori yang digunakan dalam ekonomi pembangunan,
maka kita akan berbicara mengenai tiga teori dasar dalam membedah ekonomi
pembangunan, yakni teori liberal, teori radikal dan teori heterodoks.
1) Pendekatan Teori
Liberal
Liberal diartikan sebagai bebas atau kebebasan, artinya dalam
system perekonomian setiapa individu memilki kebebasan untuk menguasai
faktor-faktor produksi utama baik yang berupa tanah atau sumber daya alam,
tenaga kerja ataupun modal. Adam Smith dalam bukunya The Wealth of Nations (1776) yang pertama kali menggagas mengenai
teori ini, salah satu gagasan utama Smith dalam teori liberal yaitu, harus
adanya kebebasan bagi setiap individu untk bertindak berdasarkan kepentingan
dirinya sendiri. Pemerintah menurutnya tidak perlu melakukan intervensi
terhadap jalannya sebuah perekonomian.[2]
Selain
Adam Smith ada beberapa penggagas teori liberal lainnya diantaranya yaitu David
Ricardo yang menyatakan bahwa adanya hubungan antar tiga kelompok dalam
perekonomian yaitu tuan tanah, kapitalis, dan buruh. Masing-masing kelompok
mandapatkan uang sewa, keuntungan dan upah. Lebih lanjut teori liberal dikembangkan
oleh pengikutnya seperti W.W. Rostow yang menyatakan bahwa “Agar suatu ekonomi
dapat melampaui masyarakat tradisional dan mencapai tahap tinggal landas maka
yang penting adalah meningkatkan laju investasi produktif dari 5% atau kurang
menjadi 10% atau lebih”.
Di
Indonesia, banyak kalangan yang tidak sependapat dengan adanya teori liberal
ini, teori ini dianggap sebagai bentuk penjajahan model baru terhadap golongan
masyarakat miskin lebih tepatnya bagi negara sedang berkembang seperti
Indonesia. Penolakan ini semakin tampak ketika pada tahun 2009 Presiden RI SBY
secara resmi meminang Boediono sebagai wakilnya, sementara sejauh ini Boediono
telah dianggap sebagi antek Neo-liberal[3]
yang selama ini dianggap telah menjadi penyebab rusaknya perekonomian di
Indonesia.
Pandangan
yang demikian kiranya perlu dianalisis lebih dalam lagi, dimana ketika setiap
orang mengerjakan sesuatu atas dasar kepentingan pribadi/ individu artinya ia
melakukan perubahan dan kemajuan bagi dirinya sendiri, lantas kemudian saat
setiap orang sudah lebih maju, maka secara umum kepentingan dan tujuan bersama
juga terpenuhi, artinya akibat dari aktivitas atas kepentingan pribadi/
individu adalah perubahan dan kemajuan bersama (masyarakat luas), itu berarti
ketika kepentingan setiap individu terpenuhi, maka secara tidak langsung juga
telah memenuhi kepentingan bersama sebagai suatu kelompok yang dinamakan
masyarakat.
2) Pendekatan Teori
Radikal
“Sistem
liberal adalah system yang buruk dan sudah ‘busuk dari dalam’ yang pada
akhirnya nanti pasti akan mengalami kehancuran dari dalam” (self destruction, Karl Marx). Ungkapan
yang dikatakan oleh salah satu penggagas teori radikal (Marxisme-Komunisme)
Karl Marx[4]
jelas sebagai bentuk kritikan dari teori liberal yang telah ada terlebih
dahulu. Menurut pendukung teori radikal, pembangunan kapitalis bukanlah bentuk
dari pembangunan dalam arti yang sebenarnya. Menurut mereka pembangunan yang
sebenarnya adalah usaha maksimal yang digerakkan oleh suatu pemerintahan
totaliter dan diktator proletariat guna mendapatkan kekayaan, dimana alat-alat
produksi merupakan milik bersama, dan barang-barang didistribusikan kepada
pekerja sesuai dengan jasa mereka selama proses produksi. [5]
Todaro
(2011: 149) mengungkapkan adanya model ketergantungan kolonial yang merupakan pendekatan
yang muncul dari pemikiran Marxis. Model ini menghubungkan eksistensi dan
langgengnya keterbelakangan[6]
terutama pada evolusi sejarah system kapitalis internasional yang sangat tidak
setara dalam hubungan antara negara kaya dan negara miskin.
Ada
empat cabang pendekatan teori radikal yaitu teori surplus values[7],
teori dependensia (ketergantungan)[8],
teori sosialisme demokrat[9]
dan teori imprealisme atau neo-imprealisme[10].
Di
Indonesia, gagasan mengenai teori radikal (sosialisme-demokrat) banyak
dikembangkan oleh wakil presiden pertama RI yaitu Muhamad Hatta. Salah satu
gagasan ekonomi yang menampakkan secara langsung bentuk sosial demokrat
tersirat dalam pasal 33, 34 dan 37 UUD 1945 yang menyangkut ekonomi. Dimana
didalamnya diatur tentang asas kekeluargaan, pentingnya peran negara untuk
kemakmuran rakyat, penciptaan kesempatan kerja dan kehidupan yang layak bagi
setiap warga negara, dan tanggung jawab negara terhadap fakir miskin serta
anak-anak terlantar.
Teori
radikal sangat terpusat pada pemerataan dan keadilan social, hal ini
berbenturan dengan salah satu dari masalah negara sedang berkembang yakni
ketiadaan inisiatif dan usaha, teori radikal sangat memperhatikan kesejahteraan
kaum buruh, ketika buruh merasa sudah cukup sejahtera, maka ia akan tetap ingin
berada di zona nyaman tersebut, dan malah tidak ingin berinsiatif untuk membuat
usaha dan mengurangi jumlah pengangguran.
3) Pendekatan Teori
Heterodoks
Penggagas teori heterodoks diantaranya yaitu A. Hirchman[11] (AS), Gunnar Myrdal (Swedia) dan Perroux (Perancis). Proses
adopsi teori dari negara maju yang kemudian diterapkan di negara berkembang
dipandang penganut teori heterodoks sebagai awal mula masalah yang tak kunjung
usai di negara berkembang. Oleh karenanya teori ini dibangun atas realitas yang
terjadi negara berkembang itu sendiri. Teori ini menjelaskan bahwasannya
pembangunan ekonomi tidak serta merta berarti menghilangkan atau mengesampingkan
budaya dan struktur sosial yang sudah ada dimasyarakat. Sebaliknya teori ini
mencoba menggabungkan keduanya untuk mencapai tingkat pembangunan ekonomi yang
lebih maju.
Todaro dan Smith dalam bukunya Economic
Development/ eleventh ed (2011: 151) menyebutkan suatu dalil yang disebut model
paradigma palsu yakni dalil yang menyatakan bahwa negara-negara berkembang
telah mengalami kemajuan karena strategi pembangunan mereka (yang biasanya
disarankan oleh para ekonom Barat) didasarkan atas model pembangunan yang tidak
tepat; misalnya model yang menekankan akumulasi modal atau liberalisasi pasar
tanpa terlebih dahulu mempertimbangkan perubahan sosial dan kelembagaan yang
diperlukan.
Ada dua contoh pendekatan teori heterodoks, yang pertama yaitu teori dualisme[12] Boeke dan Perroux. Boeke merupakan penggagas pengembangan teori
sendiri yang hanya berlaku atau hanya cocok
bagi negara sedang berkembang, teori dualism masyarakat ini merupakan
teori umum pembangunan masyarakat dan pembangunan ekonomi negara sedang
berkembang yang didasarkan pada hasil kajiannya terhadap perekonomian
Indonesia. Sementara
menurut Perroux, dualism sabagaimana yang disebutkan diatas juga diakibatkan
oleh adanya struktur dominasi (dominasi perusahaan modern terhadap pasar,
dominasi spasial untuk cabang-cabang yang berorientasi keluar/ ekspor dan untuk
hubungan antar bangsa, serta dominasi negara industry atas negara berkembang). [13] Yang
kedua, teori keseimbangan dalam kemiskinan J.K Galbraith[14]
menurut teori ini ketiadaan kemungkinan investasi, teknik pertanian yang masih
tradisional, dan ketiadaan inovasi dinegara berkembang adalah sebagai hasil
dari rasionalitas kemiskinan, yaitu suatu perhitungan resiko dari penduduk
miskin.
Teori heterodoks ini sejalan dengan penemuan Easterly, setelah
melakukan penjelajahan di negara-negara tropis Asia Selatan, Afrika, dan
Amerika Selatan, Easterly menemukan bahwa teori-teori pertumbuhan yang
berkembang di Barat tidak mampu menumbuhkan perekonomian negara dunia ketiga.
Easterly juga menjadikan fakta-fakta kebuntuan teori-teori pertumbuhan itu
sebuah narasi yang sangat baik mengenai perkembangan teori pertumbuhan dan
ekonomi pembangunan.
[15]
Oleh
karena itu situasi yang terjadi di negara berkembang merupakan produk historis
yang khas sehingga tidak serta merta di tafsirkan sebagai bentuk ketertinggalan
dari negara maju.
[1] Didin S. Damanhuri,
Ekonomi Politik dan Pembangunan; Teori,
Kritik, dan Solusi bagi Indonesia dan Negara Sedang Berkembang (Bogor: IPB
Press, 2010) hal. 3-6.
[3] Menurut Awalil
Rizky, neo-liberalisme merupakan bentuk mutakhir dari kapitalisme. Neoliberalisme
sebagai sebuah gagasan sebenarnya sudah dikenal sejak tahun 1930-an.
Neo-liberlaisme tidak lain merupakan lanjutan dari konsep liberalisme yang
merupakan perkembangan pemikiran ekonomi kapitalisme
[4] Karl Marx
dilahirkan di Trier Treves, Jerman, pada tahun 1818, dari keluarga golongan
kelas menengah turunan yahudi yang
telah memeluk agama protestan. Ia meninggal tahun 1883 di London Inggris dlm
usia 75thn
[5] System ini
dianggap lebih unggul karena kebutuhan ekonomi akan tercukupi tanpa merusak
kelestarian budaya. (Damanhuri, 2010) hal. 41-42
[6] Keterbelakangan:
situasi perekonomian dengan ciri standar hidup yang rendah, yang tampak dari
adanya kemiskinan absolute, rendahnya pendapatan perkapita, rendahnya tingkat
ertumbuhan ekonomi, randahnya tingkat konsumsi, buruknya layanan kesehatan,
tingginya angka kematian, tingginya angka kelahiran, keergantungan pada
perekonomian luar negeri, dan terbatasnya kebebasan untuk memilih kegiatan yang
memenuhi keinginan manusiawi
[7] Teori surplus
values pertama kali dikemukakan oleh Karl Marx. Surplus values yaitu kelebihan
tenaga yang diberikan oleh pemilik tenaga dalam hal ini buruh tanpa menerima
imbalan apa-apa. Dalam bukunya Das
Kapital, Marx memakai tingkat surplus sebagai ukuran eksploitasi kaum
kapitalis terhadap kaum buruh (s’ = s / v)
[8] Teori
dependensia pertama kali berkembang di Amerika Latin pada tahun 1960-an. Teori
ini menjelaskan bahwa ketergantungan pada negara-negara maju yang selama ini
dialami oleh negara-negara berkembang tidak lain karena masuknya negara-negara
metropolis yang menjadi pusat kapitalis dunia.
[9] Sosialisme-demokrat
berkembang pesat di negara-negara Eropa Barat seperti di Perancis dan Spanyol.
Gambaran mengenai teori ini yaitu, adanya andil negara yang cukup besar dalam
proses menciptakan model perpajakan proresif, menganggap penting peranan buruh
sebagai kekuatan politik dalam bentuk negosiasi untuk kesejahteraan buruh, dan
berkembangnya gerakan koperasi, bank, tabungan dalam jumlah yang besar.
[10] Teori imperialism
dan neo-imperialisme dikembangkan oleh Lenin dan R. Luxemburg. Teori ini
berasumsi bahwa ketertinggalan negara berkembang diakibatkan oleh adanya
ekspansi kapitalisme terhadapa negara berkembang tersebut.
[11] Strategi
Hirchman: “dengan sengaja tidak menyeimbangkan perekonomian, sesuai dengan
strategi yang dirancang sebelumnya, adalah cara yang terbaik untuk mencapai
pertumbuhan pada suatu negara terbelakang. Investasi pada industry atau
sektor-sektor perekonomian yang strategis akan menghasilkan kesempatan
investasi baru dan membuka jalan bagi pembangunan ekonomi lebih lanjut.
Pembangunan sebagai rantai diseguilibrium”.
[12] Dualisme
merupakan koeksistensi dua situasi atau gejala (yang satu diinginkan dan yang
lain tidak) yang ekskludif satu sama lain dalam kelompok-kelompok yang berbeda
di suatu masyarakat, contohnya kemiskinan yang ekstrem dan kekayarayaan, sektor
erekonomian modern dan sektor perekonomian tradisional, pertumbuhan dan
kemandekan, serta pendidikan tinggi bagi segelintir orang di tengah banyaknya
orang yang buta aksara (Todaro, 2011: 151)
[14] Galbraith
merupakan duta besar untuk India selama masa pemerintahan Kennedy. Selain itu
Galbraith juga seorang dosen dibeberapa universitas terkemuka di AS seperti
Universitas California, Princeton dan Harvard. Ia juga menulis banyak buku,
diantaranya The Affluent Society (1958),
The New Industrial State (1967) dan Economic and Public Purpose (1973).
[15] William
Easterly, The Elusive Quest for Growth
(MIT Press: Cambridge, Massahusetts, London, England, 2002) hal. 182 http://journal.uii.ac.id/index.php/JEP/article/view/667/592
(26 Nov 2013)
DAFTAR
PUSTAKA
Todaro, Michael P. dan Smith, Stephen C, Economic Development/ Eleventh edition, diterjemahkan
oleh Agus Dharma (United Kingdom: Pearson Education Limited, 2011)
Damanhuri,
Didin S, Ekonomi Politik dan Pembangunan;
Teori, Kritik, dan Solusi bagi Indonesia dan Negara Sedang Berkembang (Bogor:
IPB Press, 2010) hal. 3-6.
Easterly,
William, The Elusive Quest for Growth
(MIT Press: Cambridge, Massahusetts, London, England, 2002) hal. 182 http://journal.uii.ac.id/index.php/JEP/article/view/667/592
(26
Nov 2013)
Langganan:
Postingan (Atom)